Cinderella dan Kisah Dongeng Serupa dari Berbagai Negara

Kisah Cinderella, seorang gadis malang yang berubah menjadi putri berkat sepatu kaca dan bantuan peri, adalah salah satu dongeng paling populer di dunia. Namun, tahukah kamu bahwa cerita serupa dengan tema “dari abu ke kemewahan” juga muncul di berbagai budaya lainnya? Di balik gaun indah dan kereta labu, dongeng-dongeng ini menyimpan pesan universal tentang harapan, kebaikan hati, dan keajaiban dalam hidup sehari-hari.

Meski versi Disney membuat Cinderella begitu ikonik, kisah ini sebenarnya telah diceritakan selama berabad-abad di berbagai belahan dunia. Dan setiap negara memiliki versi uniknya sendiri—dengan karakter, tantangan, dan keajaiban yang berbeda. Yuk, kita jelajahi dunia lewat dongeng-dongeng yang seolah menjadi saudara kandung Cinderella.

1. Ye Xian – Cinderella dari Tiongkok

Ye Xian

Lebih dari 1.000 tahun sebelum Cinderella Eropa populer, masyarakat Tiongkok sudah mengenal Ye Xian, seorang gadis baik hati yang hidup bersama ibu tiri dan saudara tirinya yang kejam. Berbeda dari peri dan sepatu kaca, Ye Xian dibantu oleh ikan ajaib—yang ternyata reinkarnasi dari ibunya. Ketika ikan itu dibunuh oleh ibu tirinya, Ye Xian menguburkan tulangnya dan ajaibnya, tulang itu memberinya pakaian indah untuk datang ke festival.

Alih-alih kehilangan sepatu kaca, Ye Xian kehilangan sandal emas. Sang raja menemukan sandal tersebut dan mencari pemiliknya. Akhirnya, Ye Xian menjadi ratu dan ibu tirinya mendapatkan balasan setimpal. Cerita ini berasal dari zaman Dinasti Tang, menjadikannya salah satu versi Cinderella tertua yang pernah tercatat.

Menariknya, nilai moral cerita Ye Xian sangat mirip dengan Cinderella: kebaikan akan berbuah manis, dan mereka yang jahat akan menuai akibatnya. Namun, unsur magis khas Tiongkok membuat kisah ini punya warna berbeda.

2. Rhodopis – Kisah dari Mesir Kuno

Rhodopis

Salah satu versi tertua lainnya berasal dari Mesir. Rhodopis adalah budak Yunani yang tinggal di Mesir. Suatu hari, saat ia sedang mandi, seekor elang mencuri salah satu sandalnya dan menjatuhkannya di pangkuan Firaun. Terpesona oleh keindahan sandal itu dan menganggapnya sebagai pertanda ilahi, Firaun memerintahkan pencarian gadis pemilik sandal tersebut.

Ketika Rhodopis ditemukan dan dikenali sebagai pemilik sandal, ia diangkat menjadi ratu. Cerita ini unik karena tidak melibatkan ibu tiri atau saudara jahat, tapi tetap mengandung tema “keajaiban yang mengubah nasib.” Menarik juga bahwa kisah ini dicatat oleh penulis Yunani kuno, Strabo, sekitar abad pertama SM—membuktikan bahwa bahkan di zaman dahulu, impian untuk “naik kelas” lewat keberuntungan sudah hidup dalam budaya manusia.

3. Bawang Merah Bawang Putih – Versi Nusantara

Bawang Merah Bawang Putih

Indonesia juga memiliki kisah serupa melalui cerita Bawang Merah dan Bawang Putih. Meskipun tidak ada sepatu kaca atau pesta dansa, tema dasarnya mirip: seorang gadis baik hati diperlakukan buruk oleh ibu tiri dan saudara tirinya. Namun karena sifatnya yang sabar dan jujur, Bawang Putih akhirnya mendapatkan kebahagiaan, sementara Bawang Merah yang serakah mendapat pelajaran pahit.

Berbeda dari Cinderella yang dibantu oleh kekuatan sihir atau makhluk ajaib, Bawang Putih sering kali dibantu oleh hewan atau roh nenek tua yang menilai ketulusannya. Versi ini memperlihatkan bahwa dalam budaya timur, karma dan perbuatan baik menjadi elemen utama dari keajaiban itu sendiri.

Dongeng yang Berbeda, Hati yang Sama

Meski lahir di tanah dan zaman yang berbeda, kisah-kisah “Cinderella” dari berbagai negara ini memiliki benang merah yang tak bisa dipisahkan: harapan. Mereka mengajarkan bahwa kebaikan, kesabaran, dan kepercayaan pada hal baik akan membawa seseorang keluar dari penderitaan, seberat apa pun itu.

Selain itu, kisah-kisah ini membuktikan bahwa dongeng bukan sekadar cerita anak-anak. Mereka adalah cermin dari harapan masyarakat terhadap keadilan, keberuntungan, dan perubahan nasib. Lewat tokoh-tokoh yang tertindas tapi tidak menyerah, dongeng-dongeng ini menyampaikan bahwa keajaiban bisa datang kapan saja—terkadang lewat sepatu, terkadang lewat seekor ikan, dan bahkan lewat seekor burung.

Di Balik Sepatu Kaca: Makna Sejati

Dongeng Cinderella dan versi-versi internasionalnya bukan hanya cerita pengantar tidur. Mereka adalah warisan budaya yang menyatukan umat manusia dalam satu impian: bahwa hidup bisa berubah menjadi indah jika kita tetap menjadi pribadi yang baik, tak peduli seberapa sulit jalan yang kita tempuh. Maka, teruslah percaya pada keajaiban, karena mungkin saja sepasang “sepatu emas” sedang menunggumu di tikungan waktu.