Rahasia di Balik Kisah Putri Tidur: Versi Asli yang Belum Banyak Diketahui
Siapa yang tak mengenal kisah Putri Tidur? Cerita tentang seorang putri cantik yang tertidur panjang karena kutukan, lalu dibangunkan oleh ciuman pangeran tampan, telah memikat generasi demi generasi. Namun, sedikit yang tahu bahwa versi yang sering kita dengar adalah adaptasi yang telah dimodifikasi agar cocok untuk anak-anak. Di balik kisah klasik ini, tersembunyi cerita versi asli yang jauh lebih kelam, kontroversial, dan sarat makna budaya.
Asal Usul Kisah Putri Tidur: Bukan dari Disney
Banyak yang mengira bahwa kisah ini berasal dari Disney, padahal Disney hanya mengadaptasi cerita dari versi yang sudah lebih dahulu ada. Asal mula kisah Putri Tidur dapat ditelusuri ke abad ke-14 hingga ke-17, yang pertama kali muncul dalam cerita rakyat Eropa.
Versi paling awal datang dari Italia, ditulis oleh Giambattista Basile dalam kumpulan cerita berjudul “Il Pentamerone” (1634). Dalam versi ini, Putri Tidur bernama Talia. Ceritanya sangat berbeda dan jauh dari kesan romantis yang biasa kita lihat di film.
Talia tertidur bukan karena tertusuk jarum pemintal, melainkan karena serpihan rami yang tersangkut di bawah kukunya. Ia pun tertidur dalam kondisi koma, dan akhirnya ditinggalkan oleh ayahnya di sebuah rumah terpencil. Bertahun-tahun kemudian, seorang raja yang sedang berburu menemukan Talia dan, dalam kondisi tertidur, dia memperkosanya. Talia kemudian melahirkan dua anak kembar saat masih tertidur dan hanya terbangun setelah salah satu bayi menghisap serpihan rami dari jarinya.
Cerita ini jelas sangat gelap dan tidak sesuai untuk konsumsi anak-anak. Namun, cerita ini mencerminkan sisi brutal dongeng rakyat masa lalu yang digunakan sebagai sarana pelajaran hidup, peringatan sosial, atau cerminan kekuasaan patriarki.
Transformasi Menjadi Kisah Anak-anak
Cerita versi Talia kemudian diadaptasi dan diperhalus oleh Charles Perrault (1697) dalam versinya yang berjudul “La Belle au bois dormant” (Si Cantik dari Hutan yang Tertidur). Dalam versi ini, banyak elemen yang disesuaikan agar lebih halus. Putri tertidur setelah tertusuk jarum pemintal karena kutukan peri, dan dibangunkan oleh pangeran. Meski tetap ada elemen gelap seperti ratu kanibal yang ingin memakan anak-anak sang putri, keseluruhan kisah menjadi lebih ringan dibandingkan versi Basile.
Versi paling populer yang kita kenal hari ini berasal dari Brothers Grimm, duo penulis asal Jerman, dalam versi mereka yang berjudul “Dornröschen”. Dalam versi ini, kisah mulai mendapatkan bentuk yang lebih cocok untuk anak-anak: kutukan, tidur panjang, dan ciuman cinta sejati. Grimm bersaudara menghapus elemen-elemen seperti pemerkosaan, anak luar nikah, dan kanibalisme.
Disney, pada tahun 1959, mengadaptasi kisah ini dari versi Grimm dan Perrault, menambahkan musik indah, visual memukau, dan menghilangkan semua elemen gelap. Akibatnya, banyak yang mengira kisah Putri Tidur adalah dongeng polos penuh keajaiban, padahal sejarahnya menyimpan kenyataan yang jauh lebih kompleks.
Mengapa Versi Asli Disembunyikan?
Versi asli kisah Putri Tidur mungkin terasa mengejutkan, tetapi penting untuk memahami konteks sejarah dan budaya saat kisah tersebut ditulis. Di masa itu, dongeng bukan hanya untuk anak-anak. Banyak cerita digunakan untuk menyampaikan pesan moral, atau sebagai kritik terhadap kekuasaan, seksualitas, bahkan kejahatan sosial.
Ketika masyarakat mulai mengarah ke pengasuhan anak yang lebih lembut, kisah-kisah ini dimodifikasi agar “aman” untuk dikonsumsi. Disney dan penerbit modern kemudian mengangkat sisi romantis dan keajaiban, sementara bagian gelapnya perlahan-lahan dihapus dari narasi.
Namun, menyembunyikan versi asli berarti juga menghilangkan warisan sejarah dan nilai kritis yang terkandung di dalamnya. Versi gelap Putri Tidur menunjukkan bagaimana perempuan sering kali menjadi objek dalam cerita, bukan subjek. Dan itu adalah cerminan dari kondisi sosial saat cerita-cerita ini pertama kali muncul.
Dongeng Bukan Sekadar Cerita Tidur
Membaca versi asli Putri Tidur bukan berarti kita harus membacakan cerita kelam kepada anak-anak. Namun, mengetahui versi aslinya membantu kita memahami bagaimana budaya, moralitas, dan pandangan masyarakat berubah dari waktu ke waktu. Kisah ini lebih dari sekadar dongeng: ia adalah cermin sejarah, identitas, dan kekuasaan naratif.
Jadi, lain kali Anda membacakan Putri Tidur, ingatlah bahwa di balik kisah manis itu, ada sejarah panjang yang kompleks — dan mungkin, itu yang membuatnya benar-benar abadi.
BACA JUGA : Legenda Bunga Sakura: Cinta Abadi di Balik Musim Semi Jepang